Kamis, 23 Desember 2010

Menilik Kraton Yogya

Berbalut surjan dan jarik, empat bupati dan wali kota Yogyakarta berjalan jongkok. Dengan cara laku ndodok itu, mereka mendekati singgasana Sultan Hamengkubuwono X. Mengekor di belakang adik-adik Sultan dan kerabat keraton, mereka menunggu giliran sungkeman.

“Maju,” titah Sri Sultan.

Mereka bergerak, mencium lutut Sultan. Lalu hening.

"Mundur," suara Sultan kembali terdengar. Itu tanda satu sungkeman berakhir, dan bertukar giliran. Satu per satu. Mereka menghaturkan sembah. Mencium lutut sang raja Jawa.

Digelar setiap Idul Fitri, tradisi sungkeman dimulai dua setengah abad silam, sejak Sultan Hamengkubuwono I bertahta. Ritual itu disebut Grebeg Syawal Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Yang hadir, keluarga dan abdi dalem keraton. Itu simbol hormat dan patuh kepada raja.

Bupati dan walikota? Lima pejabat teras itu memang bukan abdi dalem keraton yang bekerja untuk raja. Tak juga ada gelar bangsawan sebagai tanda kerabat keraton. Secara struktural, mereka bawahan Sultan sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lantas mengapa bupati dan walikota ikut mencium lutut raja?

Seorang kerabat keraton, Heru Wahyukismoyo, mengatakan, kehadiran bupati dan wali kota di setiap Grebeg Syawal bersifat fakultatif. Bukan titah Sultan. Juga bukan kewajiban. “Mereka yang tak punya hubungan kekerabatan dengan keraton biasanya mengajukan diri ikut sungkeman,” ujarnya.

Meleburnya para abdi republik ke dalam tradisi keraton, juga tampak pada upacara pemandian pusaka (jamasan). Soalnya, tiap kabupaten dan kotamadya punya pusaka sendiri pemberian raja. Pusaka itu menjadi identitas daerah. Senjata ini harus dimandikan, atau dibersihkan setahun sekali. Sesuai adat keraton.

Grebeg Syawal dan Jamasan adalah potret betapa keraton masih menjadi patokan kekuasaan politik dan budaya di Yogyakarta. Tentu, itu tak lepas dari posisi Sultan, yang sekaligus gubernur bagi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pemerintahan Karaton

Di tengah kesibukannya sebagai gubernur pemimpin empat kabupaten dan kotamadya, Sultan Hamengkubuwono X tetap menjalankan perannya memimpin kerajaan. Sebagai raja bertahta (Ngarso Dalem), ia bertanggung jawab menjalankan roda pemerintahan keraton (Peperintahan Karaton).

Layaknya sebuah negara, Peperintahan Karaton punya struktur birokrasi dengan tugas dan fungsi sampai ke tingkat bawah. Konsepnya semacam departemen, dan dinas dalam birokrasi modern. Lembaga pembantu Sultan ini dipegang oleh para pengageng.

Tulang punggung pemerintahan keraton ada pada di Pengageng Sri Wandowo. Itu semacam sekretariat negara. Jabatan itu kini dipegang adik kandung Sultan, Gusti Bandoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo. Dia bertugas sebagai perantara, antara Sultan dan pengageng, atau abdi dalem lainnya di kawedanan.

Dalam memimpin keraton, Sultan tak lagi terjun langsung ke dalam rapat-rapat, atau pembahasan program. Sultan hanya memberikan persetujuan, atau instruksi. Semua titahnya dituang dalam surat keputusan (dhawuh dalem), yang ditulis dalam bahasa Jawa halus.

Dalam setahun, Sultan setidaknya membuat lebih dari tiga keputusan. Terakhir, dia menaikkan gaji dan program pendidikan bagi abdi dalem. “Segala keputusan yang diambil Sultan, akan dilaksanakan hingga tingkat bawah melalui Gusti Joyo,” kata GBPH Yudhaningrat, yang juga adik Sultan.

Walau tak terlibat langsung di rumah tangga keraton, Sultan tetap muncul pada setiap upacara besar keraton. Misalnya Grebeg Syawal dan Pisowanan Ageng. Sultan tetap menjadi simbol tertinggi keraton.

Di Peperintahan Karaton, Gusti Joyo adalah nomor satu. Dia mengendalikan sejumlah kawedanan, lembaga yang menangani aneka urusan keraton. Mulai dari perawatan museum dan benda antik, organisasi adat dan budaya Jawa, tanah, bangunan, tari, gamelan, makanan tradisional, gelar, hingga upacara kesultanan.

Setiap kawedanan punya pemimpin, kantor, dan abdi dalem. Mereka berkantor di lingkungan keraton, wajib pakai surjan, kemben, dan jarik. Sementara yang beraktivitas di luar, boleh pakai busana modern. Umumnya batik.

Abdi dalem bekerja berdasar aturan rumah tangga keraton, dan surat dawuh dalem. Sekitar 1.000 dari 3.000 abdi dalem mendapat bayaran. Kecil memang, hanya Rp5-35 ribu sebulan. Bayaran ini sebagai simbol kasih sayang raja kepada rakyatnya yang mengabdi.

"Hampir semua abdi dalem punya pekerjaan lain guna menopang ekonomi keluarga. Sebagai abdi dalem, saya bekerja setiap hari. Saya punya 12 hari untuk mengurus sawah," kata Joyo Pradata, yang menjadi abdi dalem sejak 1975.

Selain mendapat kucuran dana APBN, keraton mencukupi kebutuhan internal melalui pengelolaan aset. Ada sejumlah tanah milik keraton yang disewakan kepada masyarakat. "Pemasukan ini kemudian diolah bendahara keraton untuk rumah tangga keraton," kata Gusti Yudha. Dia tak menyebutkan berapa persisnya kebutuhan dan belanja keraton setiap tahunnya.

Kekuasaan menciut

Menilik sejarah, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pada mulanya, adalah negara dependen di bawah Kerajaan Belanda. Memiliki wilayah kekuasaan sendiri, sekaligus berwenang penuh mengelola sumber daya ekonomi.

Meski di bawah Sultan, pada zaman kolonial itu pemerintahan dibagi dua. Pertama, Parentah Ageng Karaton, untuk urusan domestik keraton. Kedua, Parentah Nagari, untuk urusan luar. Dalam tugasnya, Sultan dibantu Pepatih yang dulunya adalah kepanjangan tangan Belanda.

Restorasi pemerintahan keraton terjadi pada masa Sultan Hamengkubuwono IX. Keraton memutuskan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai konsekuensinya, administrasi keraton dijalankan berdasar peraturan daerah di Indonesia.

Parentah Ageng Keraton masih bertahan. Namun, tak lagi menyentuh ranah politik. “Jadi, bisa dikatakan kekuasan keraton menciut. Dulunya punya kekuasaan politik, layaknya sebuah negara merdeka, kini hanya berkuasa secara kultural,” kata sejarawan UGM, Djoko Suryo.

Pemerintah pusat mengakomodasi kekuasaan Sultan lewat aturan keistimewaan. Aturan ini memuat ketetapan raja bertahta sebagai kepala daerah atau gubernur. Tak seperti nasib raja-raja lain di Nusantara, Sultan masih punya jangkauan politik di kancah pemerintahan modern.

Walau Sultan punya dua kaki di pusat pemerintahan daerah dan keraton, namun tak ada struktur yang mengikat keduanya. Tiap pemerintahan berjalan sendiri. Keraton bergerak sesuai sistem tata praja. Pemerintahan daerah berjalan sesuai peraturan perundangan yang berlaku di seluruh Indonesia.

Pengamat politik lokal Universitas Gadjah Mada, Arie Dwipayana, memberi contoh menarik.

Adalah GBPH Yudhaningrat, yang hendak berkarier sebagai birokrat. Meski dia Panglima Keprajuritan Keraton, Yudhaningrat tetap melewati aturan kepegawaian. Dia lalu mendaftar sebagai calon pegawai negeri sipil.

Begitu juga soal kenaikan pangkat. Sultan tak mencampuradukkan gelar keraton dan pangkat kepegawaian. “Buktinya, Yudhaningrat tak punya posisi penting dalam birokrasi pemerintahan,” kata Arie.

Meski demikian, tautan kultural antara sistem pemerintahan daerah dan keraton tak terhindarkan dalam konsep keistimewaan ini. Arie menyebutnya sebagai politik kebudayaan. "Politik kebudayaan ada untuk mengikat struktur politik modern ke sistem politik tradisional,“ ujarnya.

Prosesi Grebeg Syawal yang diikuti bupati dan wali kota adalah potret paling nyata. “Kalau dipikir-pikir itu kan sama saja memposisikan bupati sebagai abdi dalem,“ ujar Arie. “Dulu juga pernah ada sistem di mana setiap bupati diberi gelar KRT. Tetapi sekarang sudah tidak berlaku.”

Kini, keistimewaan yang mengakomodasi kekuasaan Sultan di struktur pemerintahan modern, itu tengah diuji di tingkat pusat. Dalam draf Rancangan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta, terbuka kemungkinan gubernur Yogyakarta bukan berasal dari kalangan keraton.

Jika itu terjadi, Sultan kelak hanya menjadi simbol kultural. Dengan posisi yang mungkin lebih baik dari raja-raja lain di nusantara.

Rabu, 08 Desember 2010

Objek Wisata Gunung Bromo Masih Belum "Aman"

Meski status Gunung Bromo (2.329 mdpl) saat ini telah menurun dari Awas (level IV) menjadi Siaga (level III), namun objek wisata ikon Jatim itu masih belum "aman" bagi wisatawan.

Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Nova Elina mengatakan, pihaknya belum bisa membuka objek wisata Bromo tersebut, sebab untuk membuka perlu rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"Meski statusnya telah menurun menjadi Siaga, namun kita perlu menunggu rekomendasi dari pusat, sebab keamanan wisatawan menjadi sangat penting," katanya.

Dengan menurunnya status tersebut, saat ini TNBTS akan menggelar rapat internal untuk menentukan tempat yang aman bagi pengunjung saat mengunjungi objek wisata Bromo.

Nova menjelaskan, berdasarkan laporan terakhir yang diterima oleh TNBTS, jarak aman yang sebelumnya 3 kilometer dari pusat abu vulkanik saat ini telah menurun menjadi 2 kilometer.

"Dengan menurunnya jarak aman ini maka secara umum obyek wisata Bromo juga masih belum aman, sebab pihak TNBTS harus menunggu rekomendasi dari pusat," ucapnya.

Sebelumnya, terhitung sejak Senin siang pukul 12.45 WIB status Gunung Bromo diturunkan dari Awas menjadi Siaga.

Kepala Sub-Bidang Pengamatan Gunung Api PVMBG, Agus Budianto mengatakan, setelah melakukan pengamatan selama lima hari ada penurunan aktivitas vulkanik yang cukup siginifikan, sehingga statusnya saat ini telah menurun.

"Setelah kami amati selama lima hari terakhir, ada penurunan aktivitas vulkanis Gunung Bromo yang cukup signifikan, sehingga statusnya pun kami turunkan dari Awas menjadi Siaga," ujarnya.

Agus menjelaskan, dengan penurunan status tersebut, kawasan lautan pasir di seputar kawah Gunung Bromo, akan dibuka kembali, namun secara terbatas dengan radius dua kilometer.

Hal ini dikarenakan risiko aktivitas gunung tersebut yang semakin kecil. "Lautan pasir bisa dilalui untuk masyarakat umum, namun dalam radius dua kilometer dari kawah," katanya

Kirab Pusaka Keraton Sambut Bulan Syura

Kirab pusaka yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta menyambut kedatangan Bulan Syura (Tahun Baru Hijriyah), yang diikuti sekitar 2.000 abdi dalem karaton, Selasa (7/12) malam hingga Rabu dinihari, mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

Acara tersebut diawali dengan selamatan kenduri mulai pukul 19.00 WIB dilanjutkan Khol Pakoe Boewono (PB) X di Bangsal Maligi Keraton, lalu tahlilan dilanjutkan Salat Hajad di Masjid Pudjasana.

Pukul 23.15 WIB abdi dalem keraton mendatangkan enam kerbau albino dewasa dan satu anak kerbau untuk dikirab bersama sembilan pusaka.

Kirab pusaka ini mengambil rute dari keraton menuju kawasan Geladak - Telkom - Jalan Kapten Mulyadi-Baturono.

Selanjutnya iring-iringan pusaka dan kerbau Kiyai Slamet itu dibawa menuju keperempatan Gemblegan, kemudian ke utara arah Nonongan - Jalan Slamet Riyadi kembali lewat Gladak dan berakhir kembali ke keraton sekitar pukul 03.00 WIB Rabu (8/12) dini hari.

Kirab pusaka untuk menyambut kedatangan bulan Syura itu merupakan tradisi yang sudah turun temurun.

Dalam kirab tersebut, pusaka keraton menjadi bagian utama pada barisan terdepan, diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran keraton yang lengkap dengan pakaian adat, dan masyarakat.

Uniknya, pada lapisan barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet. Kerbau itu selalu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat.

Masyarakat Solo dan sekitarnya sampai sekarang masih ada yang menganggap dengan menyaksikan kirab melihat kerbau tersebut akan mendapatkan berkah tersendiri.

Peringatan menyambut kedatangan bulan Syura di Pura Mangkunegaran Solo jatuh Senin (6/12) malam, dan kirab pusaka dilakukan
mengelilingi tembik Pura mangkunegaran mulai pukul 19.30 WIB.

Untuk pusaka yang dikirab ada enam tumbak yang dibawa keliling oleh para abdi dalem pura dan diikuti para pejabat pura lainnya, kata Sekretaris Panitia tersebut Mas Ngabehi Supriyanto Waluyo.

"Kirab ini semua dimaksudkan untuk meminta kesalamatan Pura dan Negara Republik Indonesia kepada Tuhan," katanya.

Usai kirab dilanjutkan dengan ritual merebutkan air kembang dan uang logam oleh warga yang yang memadati di halaman pura tersebut.

Selasa, 07 Desember 2010

Pantai Tanjung Bira

Pantai Tanjung Bira sangat indah dan memukau dengan pasir putihnya yang lembut seperti tepung terigu. Di lokasi, para pengunjung dapat berenang, berjemur, diving dan snorkling. Para pengunjung juga dapat menyaksikan matahari terbit dan terbenam di satu posisi yang sama, serta dapat menikmati keindahan dua pulau yang ada di depan pantai ini, yaitu Pulau Liukang dan Pulau Kambing.
Tanjung Bira terletak sekitar 40 km dari Kota Bulu Kumba, atau 200 km dari Kota Makassar. perjalanan dari Kota Makassar ke Tanjung Bira sekitar 3 – 3,5 jam.

Sabtu, 04 Desember 2010

Wakil Menlu AS Saksikan Pembersihan Borobudur

Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Diplomasi Publik, Penerangan, dan Kebudayaan Judith McHale, Sabtu 4 Desember 2010, menyaksikan proses pembersihan Candi Borobudur dari abu vulkanik Gunung Merapi.

Judith mengatakan saat menyaksikan pembersihan Borobudur samapai lantai tujuh Salah satu hal terbaik dalam kunjungan ini adalah bertemu para relawan dari Universitas Indonesia yang membantu pembersihan relief candi.

Ia menilai relawan telah bekerja keras untuk membantu melestarikan dan menjaga warisan budaya yang sangat megah ini.

"Saya sudah mengenal Candi Borobudur sejak lama, sekarang baru mengunjunginya dan menyaksikan proses pembersihan candi," katanya.

Ia mengatakan, sebelumnya Presiden Amerika Serikat, Barack Obama telah berkunjung ke Indonesia untuk mempererat hubungan Indonesia-Amerika Serikat dan salah satu hal terbaik adalah mengunjungi salah satu warisan budaya, bahkan terbesar di dunia.

Dia mempertimbangkan membantu Borobudur, apalagi Indonesia-Amerika Serikat mempunyai kemitraan komprehensif termasuk dalam bidang kebudayaan.

"Setelah pulang ke Washington DC saya akan melihat apakah ada cara-cara dari pihak Amerika Serikat untuk membantu Candi Borobudur," katanya.

Di Candi Borobudur, Judith disambut kesenian Wulang Sunu yang dibawakan siswa SMP Candirejo. DIa juga menyaksikan koleksi Museum Karmawibhangga di kompleks Candi Borobudur.

BOROBUDUR DIBUKA KEMBALI

Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Borobudur, Magelang, Jateng mulai hari Jum'at 3 Desember 2010 sudah di buka kembali untuk wisatawan, namun hanya di zona 1 atau di halaman pertama Candi Borobudur karena masih dalam tahap pembersihan dari abu vulkanik Merapi.

Kamis, 02 Desember 2010

Presiden : SULTAN Tetap yang Terbaik

Presiden SUSILO BAMBANG YUDHOYONO menegaskan sikapnya sebagai kepala negara dan pemerintahan bahwa kepemimpinan dan posisi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di tangan SULTAN HAMENGKUBUWONO X tetap yang terbaik.

Dalam konferensi pers menjelaskan RUU Keistimewaan DIY di Istana Negara, Jakarta, Hari Kamis 2 Des 2010, Presiden mengatakan Kalau dari sisi politik praktis, sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan republik ini presiden berpendapat untuk kepemimpinan dan posisi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta mendatang yang terbaik dan tepat tetap SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X. PEnegasan itu di ungkapkan karena posisinya sebagai presiden.

Dalam kapasitas yang lain sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, lanjut dia, tentunya sikap dan pandangan tersebut akan dialirkan kepada garis politik partai.

Dalam penjelasannya tentang Keistimewaan RUU DIY, Presiden YUDHOYONO berkali-kali meminta agar polemik tersebut tidak diarahkan seolah-olah terjadi konflik pribadi antara dirinya dan SULTAN.

Presiden dalam penjelasannya secara detil merunutkan polemik yang berkembang pada 2007 ketika masa jabatan SULTAN HB X akan berakhir pada 2008 namun tidak bersedia lagi memimpin provinsi DIY.

Presiden dengan mempertimbangkan politik dan situasi masyarakat DIY kala itu pun mengambil inisiatif memperpanjang masa jabatan SULTAN HB X dan PAKU ALAM IX sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY selama tiga tahun hingga 2011.

Dalam penjelasannya, Presiden YUDHOYONO kembali mengulangi pengantarnya dalam sidang kabinet 26 November 2010 yang kemudian menjadi perdebatan hangat di ruang publik.

Presiden kembali menegaskan bahwa ia menginginkan tiga unsur tercakup dalam RUU DIY, yaitu sistem nasional dan negara kesatuan Republik Indonesia, keistimewaan DIY, serta manifestasi nilai-nilai demokrasi.

Meski pemerintah saat ini belum menentukan sikap tentang suksesi kepemimpinan di DIY, Presiden meminta agar dua pandangan yang saat ini mengemuka yaitu pemilihan langsung secara demokratis dan penentuan langsung selalu dikaitkan dengan UUD 1945.

Untuk pandangan model demokratis, Presiden meminta agar dipertimbangkan pasal 18 B ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dalam undang-undang.

Sedangkan untuk pandangan model penetapan langsung, Kepala Negara meminta agar dipertimbangkan pasal 18 ayat 4 UUD 1945 yang menyatakan gubernur, bupati dan wali kota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.

Rabu, 01 Desember 2010

Seniman Yogya Tolak 'Monarki' dari SBY

Kata-kata 'monarki' yang diucapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ditujukan untuk Yogyakarta mendapat penolakan dari sejumlah kelompok di Kota Gudek itu. Penolakan datang mulai dari perangkat desa sampai kalangan seniman Yogyakarta.

Polemik ini mencuat dari pro dan kontra Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK). Salah satunya, Bondan Nusantara, penggagas forum seniman tradisi Yogyakarta menyatakan tradisi Yogyakarta tidak mengenal monarki. Kata monarki bagi Yogyakarta dikhawatirkan dapat memecah belah masyarakat, bahkan NKRI.

mereka sangat menolak istilah monarki bagi Yogyakarta. RUUK DIY harus berakar pada masyarakat Yogyakarta sendiri, jangan sampai mengikuti keinginan pemerintah pusat karena akan memecah belah masyarakat Yogyakarta itu dikatakan Bondan Nusantara.

Bondan telah menggalang kekuatan dan mendapat dukungan yang sangat luas dari masyarakat Yogyakarta maupun luar Yogyakarta untuk RUUK DIY. Menurut dia, selama dipimpin Sultan dan Paku Alam, masyarakat Yogyakarta dapat hidup dengan aman dan tenteram.

bondan juga mngatakan bahwa Meski Sultan dan Paku Alam tidak dipilih langsung. Dan di DIY belum pernah ada sejarah Gubernur dan wakilnya dipilih oleh rakyat namun ditetapkan.

Kata-kata 'monarki' itu disampaikan Presiden SBY saat membuka rapat kabinet terbatas, Jumat 26 November lalu. "Nilai-nilai demokrasi tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, tidak boleh ada sistem monarki yang bertabrakan dengan konstitusi mau pun nilai-nilai demokrasi," kata SBY.
Wisben Antoro, seniman lawak Yogyakarta yang tergabung dalam forum yang sama juga menolak istilah monarki. Justru Yogyakarta sudah menjadi daerah yang demokratis sebelum Indonesia merdeka.

"Kami jelas menolak istilah monarki yang diungkap oleh presiden, Yogyakarta sudah demokratis sebelum bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.

Untuk mendukung penetapan gubernur, mereka akan unjuk gigi dengan menggelar seni jalanan dengan tujuan mendukung keistimewaan Yogyakarta. Salah satunya adalah dengan penetapan Gubernur yang dijabat Sultan dan wakilnya adalah Paku Alam.

Langit Bromo Berubah Merah

Asap pekat kecokelatan terus dikeluarkan Gunung Bromo. Asap dari abu vulkanik tersebut saat membumbung tinggi di langit warnanya berubah menjadi kemerah-merahan.

Suasana langit merah tersebut terlihat jelas di kawasan Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Asap itu merupakan abu halus bercampur dengan gas belerang hal itu diungkapkan oleh Gede Suantika, Kepala Bidang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,

Gede menambahkan Asap tersebut berbahaya jika mengenai tanaman. Dalam konsentrasi tertentu tanaman akan mati jika terus menerus terkena debu asap itu. Untuk manusia, Gede mengatakan jika kadar asap tersebut masih di ambang batas.

Yang penting warga yang 'dikirimi' hujan abu mengenakan masker. "Itu hal yang biasa saat gunung api meletus," tutur Gede.

Normalnya dalam 5 menit asap yang membumbung ke udara akan luruh atau jatuh dengan sendirinya. Tapi hal itu juga tergantung kepada arah dan kekuatan angin. Jika angin bertiup kencang dan kuat, maka debu halus itu akan cepat turun dan tidak berlama-lama mengendap di udara.

Selasa, 30 November 2010

Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa siang, kembali mengeluarkan awan panas setelah beberapa hari terakhir tak lagi mengeluarkan awan panas pascaerupsi besar 5 November.

Awan panas yang muncul beberapakali tersebut terlihat dari Dusun Ngipiksari, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman sekitar pukul 10.45 WIB dan terus keluar sampai beberapakali ke arah timur atau Sungai Woro di Klaten, Jawa Tengah.

Purwanto, warga Dusun Ngipiksari yang sudah tiga hari ini kembali ke rumah dari pengungsian mengungkapkan salah satu awan panas meluncur cukup besar setelah beberapa Gunung Merapi terlihat diam.

"Secara visual luncuran awan panas Merapi ini hanya dapat dilihat beberapa menit saja karena setelah itu Gunung Merapi kembali tertutup kabut, karena puncak Merapi juga tengah turun hujan deras dan hanya suara gemuruh yang terdengar," katanya.

Sejumlah petugas dan relawan SAR di Posko Pakem langsung bergerak menyebar memantau kondisi sungai yang berhulu ke Merapi setelah sebelumnya menerima sinyal "handy talky" (HT).

Menurut mereka, informasi diterima dari petugas jaga di atas memang awan panas yang bercampur banjir.

Bubur Ayam Nikmat Selagi Hangat

Makan bubur paling enak hangat-hangat. Buburnya sendiri mungkin rasanya biasa-biasa saja, tapi beragam pelengkap di atasanya membuat rasa dan tampilan bubur menjadi istimewa.

Ada dua macam jenis bubur ayam yang dijual, yakni bubur ayam kering dan bubur ayam basah. Bubur ayam kering adalah bubur yang bumbunya tidak menggunakan kuah tambahan, artinya agar rasanya tambah mantep, hanya kecap manis dan asin.

Kalau bubur ayam basah, memakai tambahan kuah khusus yang biasanya bersantan tetapi ada juga yang berkuah bening. Sebagai pelengkap ada irisan cakwe, seledri, kedelai goreng, krupuk dan bawang goreng.

Bubur yang disajikan, terlebih dulu dipanaskan dalam panci kecil lalu potongan daging ayam dimasukkan, sehingga tercampur rata. Kemudian bubur tersebut, diletakkan di atas mangkok, kemudian diberi taburan irisan cakwe, bawang merah, daun bawang, dan potongan bunga sedap malam yang sudah dikeringkan.

Kelezatan bubur ini, terletak dari rasa buburnya yang khas, menebarkan wangi daun sere, buburnya juga pas, tidak terlalu encer atau kental.


Batik Indonesia Semarakkan Bazar di Athena

Ribuan warga kota Athena dan warga asing lainnya memadati stan Indonesia pada the 11th International Christmas Bazaar di Helexpo Palace, Athena.

Bazaar diikuti oleh 38 kedubes asing di Athena antara lain India, Pakistan, Jepang, RRT, Rusia, Turki, beberapa negara-negara anggota UE, Amerika Latin, Afrika dan Timur Tengah serta sejumlah lembaga swasta.

"Negara peserta memanfaatkan ajang ini untuk mempromosikan produk unggulan dan sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata masing-masing kepada para pengunjung," tutur Sekretaris II Widya Sinedu.

Menurut Widya, dalam bazar selama 2 hari (27-28/11/2010), stan Indonesia yang menampilkan keanekaragaman produk mampu menyedot ribuan pengunjung. Produk batik seperti kemeja, baju, sarung, selendang, wayang, dompet, topeng, sandal, kipas, tas, tatakan gelas dan aksesoris lainnya yang dipromosikan oleh KBRI, sangat diminati.

Stan Indonesia yang didekorasi dengan burung jetayu, kain dan payung Bali, serta kain batik dan pakaian tradisional menjadi semakin semarak melalui kegiatan yang dipadukan bersama promosi makanan khas Indonesia.

Aneka makanan seperti pempek, nasi goreng, mie goreng, bakso, sate ayam dan kambing, kue spring roll, kue lapis legit, onde-onde, rempeyek dan kerupuk serta berbagai minuman dengan harga terjangkau terjual habis sebelum acara berakhir.

Para pengunjung yang diperkirakan mencapai 5000 orang juga dimanjakan dengan penampilan Tari Yapong yang dibawakan dengan lincah oleh 5 mahasiswa dan pelajar Indonesia di Athena.

Lenggak lenggok penari dengan kostum warna warni khas Betawi dan diiringi oleh lagu tradisional, mendapat sambutan hangat dan diliput oleh TV swasta Yunani.

Kegiatan bazar internasional Natal terbesar di Athena dimanfaatkan juga sebagai ajang promosi beasiswa Darmasiswa dan berbagai daerah tujuan wisata di Indonesia yang dikemas dalam brosur Visit Indonesia 2011.

Untuk menarik turis asal Yunani, KBRI Athena bekerjasama dengan Singapore Airlines dan agen perjalanan Tradewind Hellas di Athena menawarkan paket wisata murah ke Bali dan Lombok, termasuk akomodasi 5 hari di hotel berbintang lima dengan harga mulai dari EUR690.

The 11th International Christmas Bazaar yang dimulai pada pukul 10.00 tersebut tidak pernah sepi pengunjung mulai dari acara pembukaan hingga di penghujung acara penutupan.

Bazar Natal tersebut merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan sejak 1999 oleh Yayasan Friends of the Child Yunani bekerjasama dengan para Kepala Perwakilan Asing dan istri Duta Besar di Athena.

Partisipasi KBRI Athena pada Christmas Bazaar merupakan yang ke-8 kalinya. Hasil kegiatan bazaar akan disumbangkan kepada lembaga Friends of the Child. Lembaga ini dibentuk pada 1987 untuk membantu anak-anak kurang mampu di Yunani.

Bantuan terutama berupa biaya keperluan pengobatan, pendidikan, liburan, penghargaan dan lain sebagainya.

"Partisipasi Indonesia selain memperkenalkan berbagai produk dan mempromosikan seni budaya dan pariwisata juga menunjukkan kepedulian pada anak-anak Yunani kurang mampu," pungkas Widya.



Bromo dan Mitologi Rakyat Ngadas

"Mbeledos ora opo-opo, sing penting nyambut gawe, sesuk langsung gawe sesajen" (Meletus tidak apa-apa, yang terpenting tetap bekerja, setelah itu kita membuat sesaji).

Ucapan itu muncul dari Nurjono (35), seorang warga Desa Ngadas RT7, RW1 Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yakni satu dari sekian desa yang menjadi perhatian serius terkait meningkatnya status Gunung Bromo (2.329 mdpl) dari "Waspada" ke "Siaga" terus "Awas" atau level IV

Menurut budayawan asal Malang, Prof Henry Supriyanto, ungkapan warga tersebut adalah sebuah mitos yang masih tertanam di sekitar warga lereng Bromo, khususnya di perbatasan Gunung Bromo dengan Kabupaten Malang.

"Mitos keturunan Joko Seger dan istrinya Loro Anteng yang merupakan keturunan dewa-dewa itu masih dipegang erat oleh warga Desa Ngadas," paparnya.

Henry menceritakan, kuatnya hubungan antara Gunung Bromo dengan warga Desa Ngadas tak lepas dari upaya Joko Seger yang pernah mengorbankan putra bungsunya atau putra ke 25 (Kusuma) untuk sesaji Gunung Bromo.

Sehingga, warga yakin dengan sesaji yang dilakukan Joko Seger, Gunung Bromo tidak akan meletus, dan apabila ada letusan warga meyakini tidak akan mengarah ke desanya.

"Mitos itu hingga kini masih dipegang masyarakat Desa Ngadas, dan tidak akan terpengaruh dengan meningkatnya aktivitas Gunung Bromo," kata Henry yang juga guru besar Sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.

Seusai mengorbankan anak bungsunya, Joko Seger lantas meminta kepada warga agar apabila mempunyai "hajatan" atau perayaan, supaya tidak "menanggap" (menampilkan) wayang kulit, melainkan wayang topeng, wayang panji atau ludruk, hal ini untuk menghormati "Sang Bethoro Bromo" (Dewa Bromo).

Henry mengatakan, peningkatan status gunung api tersebut dianggap warga sebagai peringatan bagi seluruh manusia di bumi agar tidak membuat kerusakan. Meski demikian, Henry tetap meyakini, warga Ngadas tidak akan pindah sebab kuatnya memegang mitos tersebut.

Kuatnya warga dalam memegang mitos tersebut, dibenarkan oleh Kepala Desa Ngadas, Kartono.

Ketika ditemui di Balai Desa Ngadas, Kartono mengatakan, hingga saat ini warganya yang berjumlah 1.781 jiwa tersebut, masih lebih percaya dengan keyakinannya sendiri daripada info yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Hal ini terlihat dari aktivitas warga yang tetap menjalani kesehariannya seperti biasa, dan tidak ada "keanehan" terkait adanya info peningkatan status.

"Warga selalu berharap kabar baik dari Gunung Bromo, dan tidak pernah berpikir aneh-aneh. Oleh karena itu, meski badan vulkanologi menyebutkan status desanya cukup rawan terkena abu vulkanik, namun warga tetap menanggapinya dengan biasa," papar Kartono.

Ia menjelaskan, peningkatan aktivitas Gunung Bromo yang berakibat munculnya abu vulkanik tersebut merupakan hal yang biasa bagi warga Ngadas, sebab peristiwa itu tidak hanya sekali dialami warga.

"Hingga saat ini warga lebih memilih tetap tinggal di desa, meski status tersebut dinilai PVMBG membahayakan, sebab kejadian ini sudah terbiasa dialami oleh warga," tuturnya.

Turis Turun

Sementara itu, info yang bersumber dari PVMBG terkait meningkatnya status Bromo tersebut, dinilai warga sangat merugikan, karena sejumlah wisatawan lokal maupun asing tidak mau lewat desa tersebut untuk menuju Bromo, karena desa itu sudah dinilai "berbahaya".

Akibatnya, penghasilan sejumlah warga yang selama ini didapat dari adanya kunjungan wisatawan, menurun drastis.

Wahyudi, salah seorang penjual bakso yang biasa "mangkal" di "rest area" (tempat peristirahatan wisatawan) mengatakan, sudah dua minggu ini penghasilan menjual bakso menurun drastis dari Rp350 perhari menjadi Rp175 perhari.

Ia menjelaskan, pada hari biasa dirinya cukup mangkal di "rest area" dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dan baksonya sudah habis. Namun, setelah pemberitahuan peningkatan status tersebut, baksonya selalu tersisa, dan mangkalnya hingga jam 16.00 WIB.

Warga lain, Harjo mengatakan, adanya kabar peningkatan status tersebut, membuat desanya semakin sepi dan jarang sekali dikunjungi oleh wisatawan.

"Wisatawan sampai saat ini tidak mau datang lagi untuk melihat Bromo dari perbatasan Kabupaten Malang, padahal hingga saat ini kondisinya tidak ada masalah, dan abu yang katanya mengarah ke Ngadas itu juga tidak kelihatan," ujarnya.

Meski demikian, Kepala Desa Ngadas, Kartono tetap menyiapkan jalur evakuasi. "Jalur evakuasi ini sebagai antisipasi apabila terjadi apa-apa untuk memenuhi prosedur keselamatan warga," katanya.

Saat ini, jalur evakuasi tersebut telah diberi tanda khusus dan mengarah sekitar 12 kilometer dari Desa Ngadas.

Tempatnya yakni berada di Desa Gubug Klahak dan Wringin Anom yang merupakan tempat paling aman dari erupsi Gunung Bromo. "Tempat untuk evakuasi dari Gunung Bromo yakni berjarak 22 kilometer dari pusat abu Bromo," katanya.

Berdasarkan laporan terakhir yang diterima Kartono, abu vulkanik Bromo tersebut hanya melewati hutan yang berada di samping Desa Jarak Ijo atau mengarah ke Desa Losari.

Sehingga, tidak sampai ke pemukiman warga. "Alhamdulillah masih aman, dan saya minta doanya agar Desa Ngadas tetap aman dari bahaya erupsi Bromo," ucapnya.

Desa Ngadas merupakan kawasan Kabupaten Malang yang terdekat dengan lokasi Gunung Bromo, jaraknya dari pusat vulkanik Abu Bromo yakni sekitar 15 kilometer.

Desa Ngadas terdiri dari dua dusun, yakni Dusun Ngadas dan Dusun Jarak Ijo, dengan presentase penganut agama Islam 30 persen, Hindu 30 persen serta Budha 30 persen.

Bromo Menyicil Kekuatan

Gunung Bromo di Jawa Timur terus dipantau, hingga kini setelah status 'Awas' yang disematkan sejak 23 November lalu. Petugas menilai gaya letusan Bromo tahun ini tidak sama dengan letusan tahun 2004.

"Kalau 2004, Bromo keluarkan asap putih tebal lalu meletus kuat," kata kepala Subbidang Pengamatan Gunung Api, Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana, dan Geologi Agus Budianto dalam perbincangan dengan VIVAnews, Selasa 30 November 2010.

Tahun ini, kata dia, Bromo mengikuti pola tahun 1999 di mana gunung mengeluarkan kekuatannya secara menyicil dengan semburan-semburan asap kelabu yang tebal. "Sedikit demi sedikit." kata dia.

Agus tak bisa memperkirakan sampai kapan Bromo menyicil kekuatan ini dan kemudian mengeluarkan letusannya. "Sampai hari ini Bromo masih stabil tinggi [aktivitas]," kata dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa Bromo adalah jenis gunung yang mengeluarkan batu pijar saat meletus. "Semoga tahun ini lontaran batu-batu pijar ini tidak separah 2004," kata dia. Enam tahun lalu, batu pijar terlontar kurang dari 1 kilometer (km).

Warga, kata dia, akan tetap aman selama berada di luar radius steril, 3 km. "Bromo ini kalau meletus hanya disekitar lautan pasir itu. Jadi, warga jangan dekat-dekat daerah ini, pasti aman," jelasnya.

Senin, 29 November 2010

Masyarakat Bali Pertahankan Kawasan Suci

Warga masyarakat Bali pada prinsipnya sepakat untuk menyelamatkan "Bhisama kawasan suci Bali" yang tertuang dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut.

"Kalau soal ada gugatan terkait RTRW dari pemerintah kabupaten hal itu sah-sah saja. Tetapi sebaiknya kita bersama-sama melihat kembali apa saja yang menjadi permasalahan itu dan apakah hal itu sangat urgen," kata Tjokorda Kerthiyasa anggota Komisi IV DPRD Bali di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, secara ranah hukum bagi pemkab yang tidak sepakat mempunyai hak untuk mengajukan revisi, bahkan menggugatnya ke Mahkamah Agung (MA).

"Kami berharap semua pihak harus berpikir secara holistik, bahwa Bali harus diselamatkan dengan menerapkan aturan-aturan yang tertuang dalam RTRW itu," ucapnya.

Tjokorda Kerthiyasa menjelaskan, sebagai aturan semuanya sudah dituangkan dalam RTRW itu. Jika ada pihak yang merasa tidak puas dengan aturan tersebut bisa saja mengajukan pendapat dengan didukung alasan dan data akurat.

"Padahal sebelum disahkan Perda RTRW sudah dilakukan sosialisasi termasuk juga mengundang pejabat pemkab dan pemkot kota di daerah ini yang bertujuan untuk memperoleh masukan agar tidak berbenturan di masing-masing daerah," ucap tokoh Puri Ubud itu.

Ditanya apakah dengan adanya gugatan ke MA tersebut DPRD Bali ingin merevisi RTRW itu, Tjok Kerthiyasa menambahkan, belum berpikir sejauh itu.

"Soal merevisi perlu kajian yang mendalam. Karena membuat Perda RTRW melalui berbagai kajian dan sosialisasi ke masyarakat," ujarnya.

Dikatakan, adanya gugatan investor ke MA, di antaranya pasal yang mengatur mengenai ketinggian bangunan, sempadan jurang dan pantai serta radius kesucian.

"Mengenai Bhisama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) kita tetap mengacu pada aturan yang ada," katanya.

Sebelumnya pada dialog "Strategi Mempertahankan RTRW Bali dan Bhisama Kesucian Pura" pada Minggu (28/11), anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Wayan Sudirta berharap sebagai masyarakat Bali seharusnya menjaga dan merawat Bali sebaik mungkin demi kelangsungan dan kepentingan masa depan.

Sebaliknya, jika tidak mampu menjaga Bali, kata dia, agar jangan sekali-kali merusak Bali apalagi mengeksploitasi Bali.

"Kalau tidak bisa membantu Bali, jangan merusak Bali. Jangan bangga dengan Bali kalau kita memeras Bali," ucap politisi vokal itu.

Kendati begitu, kata dia, tidak mau mengambil garis konfrontatif dengan ketujuh bupati yang akan merivisi Perda RTRW Bali.

Ia lebih memilih cara-cara persuasif agar niat merevisi yang diajukan itu dibatalkan.

"Mari kita dekati bupati-bupati ini untuk membicarakan persoalan ini. Pada saat bersamaan, kita membentuk tim yang kuat untuk menghadang gugatan investor yang sudah terlanjur masuk ke Mahkamah Agung," katanya.

Sabtu, 27 November 2010

Aktivitas Merapi Turun

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta melaporkan aktivitas gempa di Gunung Merapi dalam tiga hari terakhir terus mengalami penurunan.

Hasil pemantauan pukul 24.00 WIB sampai 06.00 WIB, Sabtu, 27 November 2010, gempa vulkanik sudah tidak terjadi, sementara gempa guguran terjadi sebanyak empat kali. Ini merupakan perkembangan positif dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat gempa vulkanik sampai 11 kali dan guguran 14 kali.

Meski kegempaan menurun, gempa tremor masih sangat tinggi sehingga Merapi masih sangat aktif sehingga statusnya masih awas atau level IV, hal itu yang dikatakan Subandriyo, Kepala BPPTK Yogyakarta.

Subandriyo menambahkan dari pengamatan visual dini hari tadi, asap putih hingga kecoklatan masih terlihat dengan intensitas tebal, tapi bertekanan rendah. Asap yang berhasil diamati setinggi 500 meter condong ke Barat.

Sedangkan endapan lahar masih terpantau di semua sungai yang berhulu di Puncak Gunung Merapi, sehingga jika turun hujan dikhawatirkan terjadi banjir lahar dingin.

“Karena masih status awas, penduduk tidak diperkenankan beraktivitas di sekitar alur sungai untuk menghindari bahaya awan panas dan lahar. Ancaman bahaya lahar ada di wilayah yang berada pada jarak 300 meter dari bibir semua sungai.”

Lebih lanjut Subandriyo menyatakan masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh oleh isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas Gunung Merapi. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi diminta tetap mengikuti arahan dari pemerintah.

“Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan yang dilanda awan panas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.”

Untuk wilayah sleman, 15 kilometer dan 10 kilometer, Kabupaten Magelang 10 Kilometer, Klaten 10 kilometer dan Boyolali 5 kilometer. masih dikatan sebagai daerah rawan bencana erupsi Merapi dan belum ada perubahan.

Bromo Meletus, 3 km Masih Aman

Gunung Bromo di Jawa Timur meletus pada pukul 17.40 WIB, Jumat 26 November 2010. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan masyarakat di lereng Gunung Bromo masih aman dan belum perlu mengungsi.

Setelah berstatus awas pada 23 November lalu, Pusat Vulkanologi mengeluarkan zona steril kegiatan manusia dalam radius 3 kilometer dari puncak gunung. Kata Petugas pengamatan Pos Pantau di Desa Ngadisari, Sikapura, Probolinggo Mengatakan Pemukiman yang masih lebih dari 3 kilometer masih aman.

Zona steril Gunung Bromo antara lain kawasan wisata lautan pasir yang letaknya hanya sekitar 1,5 kilometer dari kawah.

Hingga malam ini gempa tremor masih terus terjadi. Gempa dibarengi dengan awal kecoklatan yang membumbung hingga 700 meter. "Kondisinya di sini sedang mendung," kata Subhan.

Dosen Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan peneliti di Pusat Studi Kebumian dan Bencana, Dr Putu Artama, mengatakan bahwa karakteristik Bromo dengan Merapi berbeda.

"Jika terjadi letusan, material yang dimuntahkan hanya pasir dan abu dengan kisaran radius 6 sampai 10 kilometer," kata Putu.

Itu berbeda dengan material yang dimuntahkan Gunung Merapi yakni berupa lava pijar,bebatuan, dan juga awan panas 'wedhus gembel'.

Selain itu, Bromo juga terbentengi oleh lautan pasir. Topografi Gunung ini bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. "Yang membayakan itu semburan awan berwarna kekuningan. Kandungan belerang yang banyak sangat berbahaya jika dihirup manusia," ujar Putu.

Kamis, 25 November 2010

Wisata Jogja Kembali Bangkit

Wisata Jogja Kembali Bangkit

Awal Minggu ini Bandara Adisutjipto Yogyakarta akan dibuka kembali dampaknya mulai terasa bagi dunia pariwisata di Yogyakarta.
Kunjungan atau tingkat hunia hotel kelas bintang dan melati mengalami peningkatan yang signifikan. Hunian hotel berbintang naik 10 persen, sedangkan hotel kelas melati 5 persen.

Sejak terjadi erupsi merapi kedua tingkat hunian hotel hanya 20 persen dari jumlah kamar yang tersedia. Namun saat ini kembali merangkak naik, Melihat perkembangan tersebut, Kata Deddy yang merupakan Sekretaris Persatuan Hotel dan REstoran Yogyakarta menyatakan yakin target hunian hotel sebanyak 70 persen untuk segala kelas pada liburan akhir tahun akan terpenuhi. Apalagi saat ini kondisi Yogyakarta sudah aman dan tidak lagi terpengaruh oleh debu vulkanik.

"Yang semula menunda, akhirnya memastikan kembali untuk datang ke Yogyakarta terutama wisatawan mancanegara," tegas Deddy Pranowo.“Pembukaan bandara membuat wisatawan yakin Yogyakarta aman dan mereka mulai mendatangi Yogyakarta,” kata Deddy.

Datanglah ke Jogja /Yogyakarta

YOGYAKARTA (sering juga disebut Jogja, Yogya, atau Jogya) terletak di tengah Pulau Jawa - Indonesia, tempat segalanya masih murah. Cukup dengan 200rb sehari, Anda sudah bisa menginap, menyantap masakan tradisional yangterkenal, dan menyewa kendaraan untuk menjelajahi pantai-pantai yang masih perawan dan candi-candi kuno berusia ribuan tahun.

Sambil jalan-jalan, Anda bisa melihat dari dekat kekayaan budaya Jawa yang masih asli, kehidupan penduduk setempat yang ramah bersahaja, dan seniman-seniman yang sedang membuat barang-barang kerajinan. Sungguh, Yogyakarta adalah surga traveling dengan begitu banyak pesona yang belum terungkap. Mulailah petualanganmu dan temukan sendiri harta karun Pulau Jawa.

Tentang Jogja

Seribu tahun silam, Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno yang makmur dan memiliki peradaban tinggi. Kerajaan inilah yang mendirikan Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia, 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja. Peninggalan lainnya adalah Candi Prambanan, Istana Ratu Boko, dan puluhan candi lainnya yang sudah direstorasi maupun yang masih terpendam di bawah tanah.

Namun oleh suatu sebab yang misterius, Kerajaan Mataram Kuno memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa Timur pada abad ke-10. Candi-candi megah itu pun terbengkalai dan sebagian tertimbun material letusan Gunung Merapi. Perlahan-lahan, wilayah Yogyakarta pun kembali menjadi hutan yang lebat.

Enam ratus tahun kemudian, Panembahan Senopati mendirikan Kerajaan Mataram Islam di wilayah ini. Sekali lagi Yogyakarta menjadi saksi sejarah kerajaan besar yang menguasai Pulau Jawa dan sekitarnya. Kerajaan Mataram Islam ini meninggalkan jejak berupa reruntuhan benteng dan makam kerajaan di Kotagede yang kini dikenal sebagai pusat kerajinan perak di Yogyakarta.

Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi Kasunan Surakarta yang berpusat di Kota Solo dan Kesultanan Yogyakarta yang mendirikan istananya di Kota Jogja. Kraton (istana) tersebut masih berdiri hingga kini dan masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya, lengkap dengan ratusan abdi dalem
yang secara sukarela menjalankan tradisi di tengah perubahan jaman. Di Kraton, setiap hari ada pagelaran budaya berupa pertunjukan wayang kulit, gamelan, sendratari Jawa, dsb.

Yogyakarta pada masa kini merupakan tempat tradisi dan dinamika modern berjalan berdampingan. Di Yogyakarta ada kraton dengan ratusan abdi dalem yang setia menjalankan tradisi, namun juga ada Universitas Gadjah Mada yang merupakan salah satu universitas terkemuka di Asia Tenggara. Di Yogyakarta sebagian masyarakat hidup dalam budaya agraris yang kental, namun juga ada kaum mahasiswa dengan gaya hidup pop. Di Yogyakarta ada pasar tradisional dan barang kerajinan sementara di sebelahnya berdiri mall yang tak kalah ramainya.

Di ujung utara Yogyakarta, Anda akan melihat Gunung Merapi berdiri dengan gagah setinggi 9738 kaki. Gunung ini adalah salah satu dari gunung berapi yang paling aktif di Indonesia. Jejak ganasnya letusan Gunung Merapi tahun 2006 lalu bisa disaksikan di Desa Kaliadem, 30 km dari Kota Jogja. Pemandangan bergaya Mooi Indiƫ berupa hamparan sawah nan hijau dan Gunung Merapi sebagai latar belakang masih bisa dilihat di pinggiran Kota Jogja.

Di bagian selatan Yogyakarta, Anda akan menemukan banyak pantai. Pantai yang paling terkenal adalah Pantai Parangtritis dengan legenda Nyi Roro Kidul, namun Yogyakarta juga memiliki pantai-pantai alami yang indah di Gunung Kidul. Anda bisa melihat Pantai Sadeng yang merupakan muara Sungai Bengawan Solo purba sebelum kekuatan tektonik yang dahsyat mengangkat permukaan Pulau Jawa bagian selatan sehingga aliran sungai tersebut berbalik ke utara seperti saat ini. Anda juga bisa mengunjungi Pantai Siung yang memiliki 250 jalur panjat tebing, Pantai Sundak, dan lain-lain.

Malaysia memiliki menara kembar tertinggi di dunia, Yogyakarta memiliki Candi Prambanan yang menjulang setinggi 47 meter dan dibuat dengan tangan 1100 tahun sebelumnya. Singapura memiliki kehidupan modern, Yogyakarta memiliki masyarakat agraris yang tradisional. Thailand dan Bali memiliki pantai-pantai yang indah, Yogyakarta memiliki pantai-pantai alami dan Gunung Merapi yang menyimpan cerita tentang betapa dahsyatnya kekuatan alam.

Selasa, 23 November 2010

Wisata Bahari Lamongan (WBL)

Wisata Bahari Lamongan atau disingkat WBL, adalah tempat wisata bahari yang terletak di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Tempat wisata ini dibuka sejak soft opening tanggal 14 November 2004. Beberapa wahana unggulan tempat wisata ini antara lain Istana Bawah Laut, Gua Insectarium, Space Shuttle, Anjungan Wali Songo, Texas City, Paus Dangdut, Tembak Ikan, Rumah Kaca, serta Istana Bajak Laut.

Obyek wisata ini berada di jalur pantura Surabaya-Tuban, serta berada di dekat sejumlah obyek wisata andalan di Jawa Timur, diantaranya Gua Maharani, Makam dan Museum Sunan Drajat, Makam Sunan Sendang Duwur, dan Tanjung Kodok Resort. Tidak jauh dari WBL, sekitar 5 km arah timur, sudah dioperasikan kawasan berikat yang dikenal dengan Lamongan Shorebase (LS). Sementara itu, sekitar 6 kilometer arah barat terdapat pelabuhan perikanan Nusantara di kecamatan Brondong dengan tempat pelelangan ikan yang sangat dikenal di Jawa Timur.

Saat ini Wisata Bahari Lamongan diperluas hingga mencakup Gua Maharani. Dimana Gua Maharani sekarang tidak hanya menjadi tempat wisata Goa saja tetapi telah dikembangkan sebagai tempat rekreasi kebun binatang (Zoo) yang telah memiliki banyak koleksi binatang. Sehingga Goa Maharani sekarang telah berubah nama menjadi Maharani Zoo & Goa.




Senin, 22 November 2010

Anak Krakatau Alami Peningkatan

Letusan yang dikeluarkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda terus mengalami peningkatan, dari 207 (20/11) menjadi 210 kali (21/11).

kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Agung S Pambudi, mengatakan bahwa jumlah letusannya mengalami peningkatan, dari hari sebelumnya, 207 kali menjadi 210.

Meski jumlah letusannya bertambah, akan tetapi masih menurut Anton, untuk jumlah total kegempaannya menurun, dari 741 kali pada Hari Sabtu, turun menjadi 732 pada hari berikutnya.

Dan secara rinci, dari total kegempaan pada Minggu (21/11) sebanyak 732 kali, untuk vulkanik dalam (VA) 7 kali, vulkanik dangkal (VB)77 kali, letusan 210 kali, tremor harmonik 2 kali, hembusan 241 kali, dan tektonik jauh 1 kali.

"Untuk statusnya sendiri masih sama, level II atau `waspada`. Dan kami masih merekomendasikan, warga agar tidak mendekat pada radius dua kilometer dari lokasi," katanya menambahkan.

Sementara untuk Hari Sabtu (20/11), dari total kegempaan 741 kali, rinciannya, VA 2 kali, VB 77 kali, letusan 207, tremor letusan 223 kali, tremor harmonik 3 kali, 229 kali untuk hembusan.

"Jumlah kegempaannya masih fluktuatif, kadang naik, dan turun," kata Anton menambahkan.

Merapi Kembali Meluncurkan Awan Panas

Merapi kembali meluncurkan awan panas 'wedhus gembel' selama dua hari. Luncuran ini terjadi setelah empat hari sebelumnya, Merapi tidak mengeluarkan awan panas bersuhu lebih dari 600 derajat celcius itu.

Kepala Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, menyatakan, masih adanya awan panas yang meluncur dari Merapi. itu menandakan erupsi atau letusan masih tejadi. Itu artinya, status Merapi masih Awas atau level IV dan belum akan berubah.

Luncuran awan panas ini terjadi pada Minggu 21 November 2010 sejak pukul 17.23 WIB yang didahului dengan gempa tektonik. Pada hari yang sama, pada pukul 17.22 WIB rentetan awan panas terjadi hingga pukul 18.45 WIB.

Pada siang ini awan panas kembali keluar dari puncak Merapi sebanyak dua kali. Namun demikian jarak luncur awan panas dari puncak merapi belum dapat diketahui karena gunung tertutup awan tebal.

Menurut Surono, dengan demikian zona bahaya juga masih tetap untuk Sleman tetap 15 kilometer dari puncak. Untuk wilayah timur kali Boyong dan 10 kilometer bagi wilayah barat kali Boyong. "Magelang 10 kilometer, Boyolali 5 kilometer, dan Klaten 10 kilometer," paparnya.

Dari data kegempaan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, terjadi luncuran awan panas selama dua kali, masing-masing kurang lebih satu menit. Terjadi pada pukul 00.15 hingga 00.18 WIB.

Pada pukul 00.14 WIB juga terlihat asap setinggi 600 meter dengan arah condong ke barat dan utara, yang terlihat dari pos pengamatan di Manisrenggo. Gempa vulkanik, terjadi satu kali. Gempa multiphase tercatat 17 kali dan frekuensi rendah tidak tercatat.

Gunung Kelud