Sabtu, 27 November 2010

Aktivitas Merapi Turun

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta melaporkan aktivitas gempa di Gunung Merapi dalam tiga hari terakhir terus mengalami penurunan.

Hasil pemantauan pukul 24.00 WIB sampai 06.00 WIB, Sabtu, 27 November 2010, gempa vulkanik sudah tidak terjadi, sementara gempa guguran terjadi sebanyak empat kali. Ini merupakan perkembangan positif dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat gempa vulkanik sampai 11 kali dan guguran 14 kali.

Meski kegempaan menurun, gempa tremor masih sangat tinggi sehingga Merapi masih sangat aktif sehingga statusnya masih awas atau level IV, hal itu yang dikatakan Subandriyo, Kepala BPPTK Yogyakarta.

Subandriyo menambahkan dari pengamatan visual dini hari tadi, asap putih hingga kecoklatan masih terlihat dengan intensitas tebal, tapi bertekanan rendah. Asap yang berhasil diamati setinggi 500 meter condong ke Barat.

Sedangkan endapan lahar masih terpantau di semua sungai yang berhulu di Puncak Gunung Merapi, sehingga jika turun hujan dikhawatirkan terjadi banjir lahar dingin.

“Karena masih status awas, penduduk tidak diperkenankan beraktivitas di sekitar alur sungai untuk menghindari bahaya awan panas dan lahar. Ancaman bahaya lahar ada di wilayah yang berada pada jarak 300 meter dari bibir semua sungai.”

Lebih lanjut Subandriyo menyatakan masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh oleh isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas Gunung Merapi. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi diminta tetap mengikuti arahan dari pemerintah.

“Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan yang dilanda awan panas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.”

Untuk wilayah sleman, 15 kilometer dan 10 kilometer, Kabupaten Magelang 10 Kilometer, Klaten 10 kilometer dan Boyolali 5 kilometer. masih dikatan sebagai daerah rawan bencana erupsi Merapi dan belum ada perubahan.

Bromo Meletus, 3 km Masih Aman

Gunung Bromo di Jawa Timur meletus pada pukul 17.40 WIB, Jumat 26 November 2010. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan masyarakat di lereng Gunung Bromo masih aman dan belum perlu mengungsi.

Setelah berstatus awas pada 23 November lalu, Pusat Vulkanologi mengeluarkan zona steril kegiatan manusia dalam radius 3 kilometer dari puncak gunung. Kata Petugas pengamatan Pos Pantau di Desa Ngadisari, Sikapura, Probolinggo Mengatakan Pemukiman yang masih lebih dari 3 kilometer masih aman.

Zona steril Gunung Bromo antara lain kawasan wisata lautan pasir yang letaknya hanya sekitar 1,5 kilometer dari kawah.

Hingga malam ini gempa tremor masih terus terjadi. Gempa dibarengi dengan awal kecoklatan yang membumbung hingga 700 meter. "Kondisinya di sini sedang mendung," kata Subhan.

Dosen Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan peneliti di Pusat Studi Kebumian dan Bencana, Dr Putu Artama, mengatakan bahwa karakteristik Bromo dengan Merapi berbeda.

"Jika terjadi letusan, material yang dimuntahkan hanya pasir dan abu dengan kisaran radius 6 sampai 10 kilometer," kata Putu.

Itu berbeda dengan material yang dimuntahkan Gunung Merapi yakni berupa lava pijar,bebatuan, dan juga awan panas 'wedhus gembel'.

Selain itu, Bromo juga terbentengi oleh lautan pasir. Topografi Gunung ini bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. "Yang membayakan itu semburan awan berwarna kekuningan. Kandungan belerang yang banyak sangat berbahaya jika dihirup manusia," ujar Putu.

Gunung Kelud