Minggu, 23 Januari 2011

Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat

Gunung Tangkuban Perahu

Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat.

Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.

Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Legenda rakyat Sangkuriang

Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.

Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Diantara tanda gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunung nya diantaranya adalah di kasawan Ciater, Subang.

Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa pada saat itu.

Situ Patengan Bandung

Situ Patengan

Danau Patengan atau yang oleh masyarakat sekitar sana disebut dengan Situ Patengan terletak di Kecamatan Ranca Bali, meski dulunya masuk ke dalam Kecamatan Ciwidey. Objek wisata ini masuk dalam wilayah Kabupaten Bandung, tepatnya daerah Bandung bagian selatan yang berjarak kurang lebih sekitar 40 km dari Kota Bandung.

Danau Patengan berada di ketinggian sekitar 1600 m di atas permukaan laut. Dengan kondisi yang seperti itu selain menjanjikan suhu udara yang sangat sejuk, juga tidak perlu diragukan lagi keberadaan panorama yang sangat indah. Dari awal jalan masuk menuju lokasi sudah terlihat hamparan hijau kebun teh yang tersusun begitu rapi dan beberapa pepohonan yang menjulang tinggi. Perkebunan strawberry juga banyak ditemui di sepanjang lokasi menuju danau. Perkebunan-perkebunan ini terbuka untuk umum, di mana pengunjung dapat memetik sendiri buah strawberry dari pohonnya yang ditanam di kantong-kantong plastik.

Dulunya kawasan Danau Patengan ini adalah cagar alam dan taman nasional, baru dibuka pada tahun 1981 sebagai kawasan wisata. Danau Patengan memiliki total luas cagar alamnya sekitar 123.077,15 hektar dengan luas danaunya sendiri 45 ribu hektar. Danau ini punya kedalaman 3 sampai dengan 4 m. Dengan luas dan kedalaman seperti ini, danau ini menjadi habitat yang tepat untuk berbagai jenis ikan seperti nila, tawes, dan gurami.

Kondisi danau ini cukup terawat dan bersih dari sampah, ditambah lagi dengan banyaknya pohon kayu putih yang menjulang tinggi semakin menambah keasrian dan kesejukan udara di tempat ini. Fasilitas objek wisata ini cukup lengkap, mulai dari pusat informasi, musala, toko cindera mata, warung makanan, gazebo semacam saung tempat berteduh, sampai dengan sarana rekreasi air seperti perahu dan sepeda air.

Mitos Situ Patenggang bandung

Berdasarkan informasi yang tertera di lokasi wisata, situ Patenggang berasal dari bahasa Sunda, pateangan-teangan (saling mencari). Mengisahkan cinta Putra Prabu dan Putri titisan Dewi yang besar bersama alam, yaitu ki Santang dan Dewi Rengganis. Mereka berpisah untuk sekian lamanya. Karena cintanya yang begitu dalam, mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang sampai sekarang dinamakan "Batu Cinta". Dewi Rengganispun minta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama. Perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati (Pulau Asmara /Pulau Sasaka). Menurut cerita ini, yang singgah di batu cinta dan mengelilingi pulau asmara, senantiasa mendapat cinta yang abadi seperti mereka.

Selain itu di tengah Danau Patengan terdapat sebuah pulau yang bernama Pulau Sasaka. Pulau ini tampak rindang dengan banyaknya pohon-pohon tinggi yang tumbuh di dalamnya. Pulau ini juga menyimpan mitos tersendiri di mana oleh juru kuncinya, dilarang untuk mengunjunginya kecuali pada tanggal 14 Maulid. Saat itulah penduduk biasanya mengadakan acara ritual semalam suntuk. Juru kunci itu sendiri tinggal di pinggir danau dengan bentuk rumahnya yang unik.

Gunung Kelud