Rabu, 08 Desember 2010

Objek Wisata Gunung Bromo Masih Belum "Aman"

Meski status Gunung Bromo (2.329 mdpl) saat ini telah menurun dari Awas (level IV) menjadi Siaga (level III), namun objek wisata ikon Jatim itu masih belum "aman" bagi wisatawan.

Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Nova Elina mengatakan, pihaknya belum bisa membuka objek wisata Bromo tersebut, sebab untuk membuka perlu rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"Meski statusnya telah menurun menjadi Siaga, namun kita perlu menunggu rekomendasi dari pusat, sebab keamanan wisatawan menjadi sangat penting," katanya.

Dengan menurunnya status tersebut, saat ini TNBTS akan menggelar rapat internal untuk menentukan tempat yang aman bagi pengunjung saat mengunjungi objek wisata Bromo.

Nova menjelaskan, berdasarkan laporan terakhir yang diterima oleh TNBTS, jarak aman yang sebelumnya 3 kilometer dari pusat abu vulkanik saat ini telah menurun menjadi 2 kilometer.

"Dengan menurunnya jarak aman ini maka secara umum obyek wisata Bromo juga masih belum aman, sebab pihak TNBTS harus menunggu rekomendasi dari pusat," ucapnya.

Sebelumnya, terhitung sejak Senin siang pukul 12.45 WIB status Gunung Bromo diturunkan dari Awas menjadi Siaga.

Kepala Sub-Bidang Pengamatan Gunung Api PVMBG, Agus Budianto mengatakan, setelah melakukan pengamatan selama lima hari ada penurunan aktivitas vulkanik yang cukup siginifikan, sehingga statusnya saat ini telah menurun.

"Setelah kami amati selama lima hari terakhir, ada penurunan aktivitas vulkanis Gunung Bromo yang cukup signifikan, sehingga statusnya pun kami turunkan dari Awas menjadi Siaga," ujarnya.

Agus menjelaskan, dengan penurunan status tersebut, kawasan lautan pasir di seputar kawah Gunung Bromo, akan dibuka kembali, namun secara terbatas dengan radius dua kilometer.

Hal ini dikarenakan risiko aktivitas gunung tersebut yang semakin kecil. "Lautan pasir bisa dilalui untuk masyarakat umum, namun dalam radius dua kilometer dari kawah," katanya

Kirab Pusaka Keraton Sambut Bulan Syura

Kirab pusaka yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta menyambut kedatangan Bulan Syura (Tahun Baru Hijriyah), yang diikuti sekitar 2.000 abdi dalem karaton, Selasa (7/12) malam hingga Rabu dinihari, mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

Acara tersebut diawali dengan selamatan kenduri mulai pukul 19.00 WIB dilanjutkan Khol Pakoe Boewono (PB) X di Bangsal Maligi Keraton, lalu tahlilan dilanjutkan Salat Hajad di Masjid Pudjasana.

Pukul 23.15 WIB abdi dalem keraton mendatangkan enam kerbau albino dewasa dan satu anak kerbau untuk dikirab bersama sembilan pusaka.

Kirab pusaka ini mengambil rute dari keraton menuju kawasan Geladak - Telkom - Jalan Kapten Mulyadi-Baturono.

Selanjutnya iring-iringan pusaka dan kerbau Kiyai Slamet itu dibawa menuju keperempatan Gemblegan, kemudian ke utara arah Nonongan - Jalan Slamet Riyadi kembali lewat Gladak dan berakhir kembali ke keraton sekitar pukul 03.00 WIB Rabu (8/12) dini hari.

Kirab pusaka untuk menyambut kedatangan bulan Syura itu merupakan tradisi yang sudah turun temurun.

Dalam kirab tersebut, pusaka keraton menjadi bagian utama pada barisan terdepan, diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran keraton yang lengkap dengan pakaian adat, dan masyarakat.

Uniknya, pada lapisan barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet. Kerbau itu selalu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat.

Masyarakat Solo dan sekitarnya sampai sekarang masih ada yang menganggap dengan menyaksikan kirab melihat kerbau tersebut akan mendapatkan berkah tersendiri.

Peringatan menyambut kedatangan bulan Syura di Pura Mangkunegaran Solo jatuh Senin (6/12) malam, dan kirab pusaka dilakukan
mengelilingi tembik Pura mangkunegaran mulai pukul 19.30 WIB.

Untuk pusaka yang dikirab ada enam tumbak yang dibawa keliling oleh para abdi dalem pura dan diikuti para pejabat pura lainnya, kata Sekretaris Panitia tersebut Mas Ngabehi Supriyanto Waluyo.

"Kirab ini semua dimaksudkan untuk meminta kesalamatan Pura dan Negara Republik Indonesia kepada Tuhan," katanya.

Usai kirab dilanjutkan dengan ritual merebutkan air kembang dan uang logam oleh warga yang yang memadati di halaman pura tersebut.

Gunung Kelud