Selasa, 30 November 2010

Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa siang, kembali mengeluarkan awan panas setelah beberapa hari terakhir tak lagi mengeluarkan awan panas pascaerupsi besar 5 November.

Awan panas yang muncul beberapakali tersebut terlihat dari Dusun Ngipiksari, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman sekitar pukul 10.45 WIB dan terus keluar sampai beberapakali ke arah timur atau Sungai Woro di Klaten, Jawa Tengah.

Purwanto, warga Dusun Ngipiksari yang sudah tiga hari ini kembali ke rumah dari pengungsian mengungkapkan salah satu awan panas meluncur cukup besar setelah beberapa Gunung Merapi terlihat diam.

"Secara visual luncuran awan panas Merapi ini hanya dapat dilihat beberapa menit saja karena setelah itu Gunung Merapi kembali tertutup kabut, karena puncak Merapi juga tengah turun hujan deras dan hanya suara gemuruh yang terdengar," katanya.

Sejumlah petugas dan relawan SAR di Posko Pakem langsung bergerak menyebar memantau kondisi sungai yang berhulu ke Merapi setelah sebelumnya menerima sinyal "handy talky" (HT).

Menurut mereka, informasi diterima dari petugas jaga di atas memang awan panas yang bercampur banjir.

Bubur Ayam Nikmat Selagi Hangat

Makan bubur paling enak hangat-hangat. Buburnya sendiri mungkin rasanya biasa-biasa saja, tapi beragam pelengkap di atasanya membuat rasa dan tampilan bubur menjadi istimewa.

Ada dua macam jenis bubur ayam yang dijual, yakni bubur ayam kering dan bubur ayam basah. Bubur ayam kering adalah bubur yang bumbunya tidak menggunakan kuah tambahan, artinya agar rasanya tambah mantep, hanya kecap manis dan asin.

Kalau bubur ayam basah, memakai tambahan kuah khusus yang biasanya bersantan tetapi ada juga yang berkuah bening. Sebagai pelengkap ada irisan cakwe, seledri, kedelai goreng, krupuk dan bawang goreng.

Bubur yang disajikan, terlebih dulu dipanaskan dalam panci kecil lalu potongan daging ayam dimasukkan, sehingga tercampur rata. Kemudian bubur tersebut, diletakkan di atas mangkok, kemudian diberi taburan irisan cakwe, bawang merah, daun bawang, dan potongan bunga sedap malam yang sudah dikeringkan.

Kelezatan bubur ini, terletak dari rasa buburnya yang khas, menebarkan wangi daun sere, buburnya juga pas, tidak terlalu encer atau kental.


Batik Indonesia Semarakkan Bazar di Athena

Ribuan warga kota Athena dan warga asing lainnya memadati stan Indonesia pada the 11th International Christmas Bazaar di Helexpo Palace, Athena.

Bazaar diikuti oleh 38 kedubes asing di Athena antara lain India, Pakistan, Jepang, RRT, Rusia, Turki, beberapa negara-negara anggota UE, Amerika Latin, Afrika dan Timur Tengah serta sejumlah lembaga swasta.

"Negara peserta memanfaatkan ajang ini untuk mempromosikan produk unggulan dan sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata masing-masing kepada para pengunjung," tutur Sekretaris II Widya Sinedu.

Menurut Widya, dalam bazar selama 2 hari (27-28/11/2010), stan Indonesia yang menampilkan keanekaragaman produk mampu menyedot ribuan pengunjung. Produk batik seperti kemeja, baju, sarung, selendang, wayang, dompet, topeng, sandal, kipas, tas, tatakan gelas dan aksesoris lainnya yang dipromosikan oleh KBRI, sangat diminati.

Stan Indonesia yang didekorasi dengan burung jetayu, kain dan payung Bali, serta kain batik dan pakaian tradisional menjadi semakin semarak melalui kegiatan yang dipadukan bersama promosi makanan khas Indonesia.

Aneka makanan seperti pempek, nasi goreng, mie goreng, bakso, sate ayam dan kambing, kue spring roll, kue lapis legit, onde-onde, rempeyek dan kerupuk serta berbagai minuman dengan harga terjangkau terjual habis sebelum acara berakhir.

Para pengunjung yang diperkirakan mencapai 5000 orang juga dimanjakan dengan penampilan Tari Yapong yang dibawakan dengan lincah oleh 5 mahasiswa dan pelajar Indonesia di Athena.

Lenggak lenggok penari dengan kostum warna warni khas Betawi dan diiringi oleh lagu tradisional, mendapat sambutan hangat dan diliput oleh TV swasta Yunani.

Kegiatan bazar internasional Natal terbesar di Athena dimanfaatkan juga sebagai ajang promosi beasiswa Darmasiswa dan berbagai daerah tujuan wisata di Indonesia yang dikemas dalam brosur Visit Indonesia 2011.

Untuk menarik turis asal Yunani, KBRI Athena bekerjasama dengan Singapore Airlines dan agen perjalanan Tradewind Hellas di Athena menawarkan paket wisata murah ke Bali dan Lombok, termasuk akomodasi 5 hari di hotel berbintang lima dengan harga mulai dari EUR690.

The 11th International Christmas Bazaar yang dimulai pada pukul 10.00 tersebut tidak pernah sepi pengunjung mulai dari acara pembukaan hingga di penghujung acara penutupan.

Bazar Natal tersebut merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan sejak 1999 oleh Yayasan Friends of the Child Yunani bekerjasama dengan para Kepala Perwakilan Asing dan istri Duta Besar di Athena.

Partisipasi KBRI Athena pada Christmas Bazaar merupakan yang ke-8 kalinya. Hasil kegiatan bazaar akan disumbangkan kepada lembaga Friends of the Child. Lembaga ini dibentuk pada 1987 untuk membantu anak-anak kurang mampu di Yunani.

Bantuan terutama berupa biaya keperluan pengobatan, pendidikan, liburan, penghargaan dan lain sebagainya.

"Partisipasi Indonesia selain memperkenalkan berbagai produk dan mempromosikan seni budaya dan pariwisata juga menunjukkan kepedulian pada anak-anak Yunani kurang mampu," pungkas Widya.



Bromo dan Mitologi Rakyat Ngadas

"Mbeledos ora opo-opo, sing penting nyambut gawe, sesuk langsung gawe sesajen" (Meletus tidak apa-apa, yang terpenting tetap bekerja, setelah itu kita membuat sesaji).

Ucapan itu muncul dari Nurjono (35), seorang warga Desa Ngadas RT7, RW1 Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yakni satu dari sekian desa yang menjadi perhatian serius terkait meningkatnya status Gunung Bromo (2.329 mdpl) dari "Waspada" ke "Siaga" terus "Awas" atau level IV

Menurut budayawan asal Malang, Prof Henry Supriyanto, ungkapan warga tersebut adalah sebuah mitos yang masih tertanam di sekitar warga lereng Bromo, khususnya di perbatasan Gunung Bromo dengan Kabupaten Malang.

"Mitos keturunan Joko Seger dan istrinya Loro Anteng yang merupakan keturunan dewa-dewa itu masih dipegang erat oleh warga Desa Ngadas," paparnya.

Henry menceritakan, kuatnya hubungan antara Gunung Bromo dengan warga Desa Ngadas tak lepas dari upaya Joko Seger yang pernah mengorbankan putra bungsunya atau putra ke 25 (Kusuma) untuk sesaji Gunung Bromo.

Sehingga, warga yakin dengan sesaji yang dilakukan Joko Seger, Gunung Bromo tidak akan meletus, dan apabila ada letusan warga meyakini tidak akan mengarah ke desanya.

"Mitos itu hingga kini masih dipegang masyarakat Desa Ngadas, dan tidak akan terpengaruh dengan meningkatnya aktivitas Gunung Bromo," kata Henry yang juga guru besar Sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.

Seusai mengorbankan anak bungsunya, Joko Seger lantas meminta kepada warga agar apabila mempunyai "hajatan" atau perayaan, supaya tidak "menanggap" (menampilkan) wayang kulit, melainkan wayang topeng, wayang panji atau ludruk, hal ini untuk menghormati "Sang Bethoro Bromo" (Dewa Bromo).

Henry mengatakan, peningkatan status gunung api tersebut dianggap warga sebagai peringatan bagi seluruh manusia di bumi agar tidak membuat kerusakan. Meski demikian, Henry tetap meyakini, warga Ngadas tidak akan pindah sebab kuatnya memegang mitos tersebut.

Kuatnya warga dalam memegang mitos tersebut, dibenarkan oleh Kepala Desa Ngadas, Kartono.

Ketika ditemui di Balai Desa Ngadas, Kartono mengatakan, hingga saat ini warganya yang berjumlah 1.781 jiwa tersebut, masih lebih percaya dengan keyakinannya sendiri daripada info yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Hal ini terlihat dari aktivitas warga yang tetap menjalani kesehariannya seperti biasa, dan tidak ada "keanehan" terkait adanya info peningkatan status.

"Warga selalu berharap kabar baik dari Gunung Bromo, dan tidak pernah berpikir aneh-aneh. Oleh karena itu, meski badan vulkanologi menyebutkan status desanya cukup rawan terkena abu vulkanik, namun warga tetap menanggapinya dengan biasa," papar Kartono.

Ia menjelaskan, peningkatan aktivitas Gunung Bromo yang berakibat munculnya abu vulkanik tersebut merupakan hal yang biasa bagi warga Ngadas, sebab peristiwa itu tidak hanya sekali dialami warga.

"Hingga saat ini warga lebih memilih tetap tinggal di desa, meski status tersebut dinilai PVMBG membahayakan, sebab kejadian ini sudah terbiasa dialami oleh warga," tuturnya.

Turis Turun

Sementara itu, info yang bersumber dari PVMBG terkait meningkatnya status Bromo tersebut, dinilai warga sangat merugikan, karena sejumlah wisatawan lokal maupun asing tidak mau lewat desa tersebut untuk menuju Bromo, karena desa itu sudah dinilai "berbahaya".

Akibatnya, penghasilan sejumlah warga yang selama ini didapat dari adanya kunjungan wisatawan, menurun drastis.

Wahyudi, salah seorang penjual bakso yang biasa "mangkal" di "rest area" (tempat peristirahatan wisatawan) mengatakan, sudah dua minggu ini penghasilan menjual bakso menurun drastis dari Rp350 perhari menjadi Rp175 perhari.

Ia menjelaskan, pada hari biasa dirinya cukup mangkal di "rest area" dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dan baksonya sudah habis. Namun, setelah pemberitahuan peningkatan status tersebut, baksonya selalu tersisa, dan mangkalnya hingga jam 16.00 WIB.

Warga lain, Harjo mengatakan, adanya kabar peningkatan status tersebut, membuat desanya semakin sepi dan jarang sekali dikunjungi oleh wisatawan.

"Wisatawan sampai saat ini tidak mau datang lagi untuk melihat Bromo dari perbatasan Kabupaten Malang, padahal hingga saat ini kondisinya tidak ada masalah, dan abu yang katanya mengarah ke Ngadas itu juga tidak kelihatan," ujarnya.

Meski demikian, Kepala Desa Ngadas, Kartono tetap menyiapkan jalur evakuasi. "Jalur evakuasi ini sebagai antisipasi apabila terjadi apa-apa untuk memenuhi prosedur keselamatan warga," katanya.

Saat ini, jalur evakuasi tersebut telah diberi tanda khusus dan mengarah sekitar 12 kilometer dari Desa Ngadas.

Tempatnya yakni berada di Desa Gubug Klahak dan Wringin Anom yang merupakan tempat paling aman dari erupsi Gunung Bromo. "Tempat untuk evakuasi dari Gunung Bromo yakni berjarak 22 kilometer dari pusat abu Bromo," katanya.

Berdasarkan laporan terakhir yang diterima Kartono, abu vulkanik Bromo tersebut hanya melewati hutan yang berada di samping Desa Jarak Ijo atau mengarah ke Desa Losari.

Sehingga, tidak sampai ke pemukiman warga. "Alhamdulillah masih aman, dan saya minta doanya agar Desa Ngadas tetap aman dari bahaya erupsi Bromo," ucapnya.

Desa Ngadas merupakan kawasan Kabupaten Malang yang terdekat dengan lokasi Gunung Bromo, jaraknya dari pusat vulkanik Abu Bromo yakni sekitar 15 kilometer.

Desa Ngadas terdiri dari dua dusun, yakni Dusun Ngadas dan Dusun Jarak Ijo, dengan presentase penganut agama Islam 30 persen, Hindu 30 persen serta Budha 30 persen.

Bromo Menyicil Kekuatan

Gunung Bromo di Jawa Timur terus dipantau, hingga kini setelah status 'Awas' yang disematkan sejak 23 November lalu. Petugas menilai gaya letusan Bromo tahun ini tidak sama dengan letusan tahun 2004.

"Kalau 2004, Bromo keluarkan asap putih tebal lalu meletus kuat," kata kepala Subbidang Pengamatan Gunung Api, Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana, dan Geologi Agus Budianto dalam perbincangan dengan VIVAnews, Selasa 30 November 2010.

Tahun ini, kata dia, Bromo mengikuti pola tahun 1999 di mana gunung mengeluarkan kekuatannya secara menyicil dengan semburan-semburan asap kelabu yang tebal. "Sedikit demi sedikit." kata dia.

Agus tak bisa memperkirakan sampai kapan Bromo menyicil kekuatan ini dan kemudian mengeluarkan letusannya. "Sampai hari ini Bromo masih stabil tinggi [aktivitas]," kata dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa Bromo adalah jenis gunung yang mengeluarkan batu pijar saat meletus. "Semoga tahun ini lontaran batu-batu pijar ini tidak separah 2004," kata dia. Enam tahun lalu, batu pijar terlontar kurang dari 1 kilometer (km).

Warga, kata dia, akan tetap aman selama berada di luar radius steril, 3 km. "Bromo ini kalau meletus hanya disekitar lautan pasir itu. Jadi, warga jangan dekat-dekat daerah ini, pasti aman," jelasnya.

Gunung Kelud