Rabu, 01 Desember 2010

Seniman Yogya Tolak 'Monarki' dari SBY

Kata-kata 'monarki' yang diucapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ditujukan untuk Yogyakarta mendapat penolakan dari sejumlah kelompok di Kota Gudek itu. Penolakan datang mulai dari perangkat desa sampai kalangan seniman Yogyakarta.

Polemik ini mencuat dari pro dan kontra Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK). Salah satunya, Bondan Nusantara, penggagas forum seniman tradisi Yogyakarta menyatakan tradisi Yogyakarta tidak mengenal monarki. Kata monarki bagi Yogyakarta dikhawatirkan dapat memecah belah masyarakat, bahkan NKRI.

mereka sangat menolak istilah monarki bagi Yogyakarta. RUUK DIY harus berakar pada masyarakat Yogyakarta sendiri, jangan sampai mengikuti keinginan pemerintah pusat karena akan memecah belah masyarakat Yogyakarta itu dikatakan Bondan Nusantara.

Bondan telah menggalang kekuatan dan mendapat dukungan yang sangat luas dari masyarakat Yogyakarta maupun luar Yogyakarta untuk RUUK DIY. Menurut dia, selama dipimpin Sultan dan Paku Alam, masyarakat Yogyakarta dapat hidup dengan aman dan tenteram.

bondan juga mngatakan bahwa Meski Sultan dan Paku Alam tidak dipilih langsung. Dan di DIY belum pernah ada sejarah Gubernur dan wakilnya dipilih oleh rakyat namun ditetapkan.

Kata-kata 'monarki' itu disampaikan Presiden SBY saat membuka rapat kabinet terbatas, Jumat 26 November lalu. "Nilai-nilai demokrasi tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, tidak boleh ada sistem monarki yang bertabrakan dengan konstitusi mau pun nilai-nilai demokrasi," kata SBY.
Wisben Antoro, seniman lawak Yogyakarta yang tergabung dalam forum yang sama juga menolak istilah monarki. Justru Yogyakarta sudah menjadi daerah yang demokratis sebelum Indonesia merdeka.

"Kami jelas menolak istilah monarki yang diungkap oleh presiden, Yogyakarta sudah demokratis sebelum bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.

Untuk mendukung penetapan gubernur, mereka akan unjuk gigi dengan menggelar seni jalanan dengan tujuan mendukung keistimewaan Yogyakarta. Salah satunya adalah dengan penetapan Gubernur yang dijabat Sultan dan wakilnya adalah Paku Alam.

Langit Bromo Berubah Merah

Asap pekat kecokelatan terus dikeluarkan Gunung Bromo. Asap dari abu vulkanik tersebut saat membumbung tinggi di langit warnanya berubah menjadi kemerah-merahan.

Suasana langit merah tersebut terlihat jelas di kawasan Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Asap itu merupakan abu halus bercampur dengan gas belerang hal itu diungkapkan oleh Gede Suantika, Kepala Bidang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,

Gede menambahkan Asap tersebut berbahaya jika mengenai tanaman. Dalam konsentrasi tertentu tanaman akan mati jika terus menerus terkena debu asap itu. Untuk manusia, Gede mengatakan jika kadar asap tersebut masih di ambang batas.

Yang penting warga yang 'dikirimi' hujan abu mengenakan masker. "Itu hal yang biasa saat gunung api meletus," tutur Gede.

Normalnya dalam 5 menit asap yang membumbung ke udara akan luruh atau jatuh dengan sendirinya. Tapi hal itu juga tergantung kepada arah dan kekuatan angin. Jika angin bertiup kencang dan kuat, maka debu halus itu akan cepat turun dan tidak berlama-lama mengendap di udara.

Gunung Kelud